masukkan script iklan disini
Jakarta, 2 Desember 2025 —
Isu kerusakan hutan di Sumatera kembali mencuat ke publik setelah bencana banjir bandang dan longsor melanda sejumlah wilayah dalam beberapa waktu terakhir. Aktivis lingkungan mengingatkan kembali momen ketika aktor sekaligus pegiat lingkungan dunia, Harrison Ford, menyoroti deforestasi saat berkunjung ke Indonesia lebih dari satu dekade lalu.
Pada saat itu, Harrison Ford melakukan wawancara dan dialog dengan kementerian yang membidangi kehutanan. Dalam program dokumenter miliknya, Ford mengekspresikan kekhawatiran mendalam atas berkurangnya kawasan hutan yang berdampak pada ekosistem Sumatera dan keberlangsungan satwa liar.
Kini, peringatan tersebut kembali dianggap relevan, terlebih setelah bencana di berbagai daerah disebut berkaitan dengan berkurangnya tutupan hutan dan lemahnya pengawasan tata kelola lingkungan oleh sejumlah pihak.
Ketua DPP Satgas GNI (Generasi Negarawan Indonesia), M. Fahmi Lubis, SH, menegaskan bahwa pemerintah harus menjadikan keselamatan masyarakat sebagai prioritas utama. Ia menyebut bahwa kerusakan lingkungan tidak boleh diabaikan karena berpotensi memicu bencana semakin besar di masa mendatang.
“Kita harus belajar dari peringatan para pemerhati lingkungan dunia. Bencana yang terjadi bukan hanya karena faktor cuaca, tetapi karena kerusakan hutan yang tidak dapat lagi menahan air. Pemerintah perlu mengevaluasi kembali seluruh aktivitas industri yang berdampak besar terhadap lingkungan,” tegas Fahmi.
Fahmi juga mendesak agar izin usaha yang dianggap merusak lingkungan dievaluasi secara ketat dan terbuka. Menurutnya, keterbukaan informasi publik sebagaimana diamanatkan Undang-Undang harus dijalankan agar masyarakat mengetahui perkembangan penanganan kerusakan lingkungan serta upaya mitigasi bencana.
“UU Keterbukaan Informasi Publik harus benar-benar dijalankan. Masyarakat punya hak tahu terkait kondisi hutan, perizinan perusahaan, hingga langkah pemerintah dalam pemulihan ekosistem,” tambahnya.
Para pemerhati lingkungan mengingatkan, apabila langkah serius tidak segera diambil, bencana ekologis dapat semakin sering terjadi dan mengancam kehidupan warga—mulai dari krisis pangan, kelaparan, masalah kesehatan, hingga hilangnya mata pencaharian masyarakat di hilir.
Fahmi pun menyerukan agar suara masyarakat dan aktivis lingkungan didengar serta melibatkan publik dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan hutan di Sumatera.(Magdalena).
📌 Tagar & Kampanye Publik
#SelamatkanHutanSumatera
#MitigasiBencana
#LingkunganHidup
#KeterbukaanInformasiPublik
#PemulihanEkosistem
#IndonesiaSiagaBencana









Tidak ada komentar:
Posting Komentar